Senin, 11 Agustus 2014

Cupcake, Simulakrum dan Gagasan-gagasan yang Menjadi Nyata

Cerita pendek, novel dan skenario film, kerap diberi label 'fiksi' oleh masyarakat. Memang dalam prosesnya, ia terlahir dari khayalan seorang penulis yang berlagak seperti Tuhan: menciptakan dunia, menentukan takdir seseorang bahkan menghidupkan dan mematikan seseorang. Sama seperti Tuhan, ia tidak bisa diprotes.

Tetapi apakah hanya sebatas itu saja realisme dalam sebuah karya fiksi? Apakah kelahirannya yang diawali ide di dalam kepala seorang penulis akan selamanya berada dalam realm yang berbeda? Bagaimana jika ternyata gagasan-gagasan yang awalnya berasal dari khayalan ini menjelma kenyataan dan bisa berada dalam tataran yang sama levelnya dengan diri kita: bisa kita lihat, rasakan, dan alami?


Aneka cupcake dari Wondermilk

Tahun lalu saya menulis naskah film televisi dengan setting di sebuah restoran cupcake dan hari ini saya datang ke sebuah restoran cupcake (dalam rangka perpisahan dengan seorang kolega). Pada masa jayanya, ketika karakter Joey dalam "Friends" memakai parfum X, orang-orang memburu parfum tersebut. Jika pernyataan yang terakhir disebut simulakrum, dengan istilah apa kita menyebut pernyataan sebelumnya?

Saya tidak membayangkan ini dalam skenario saya tahun lalu.
Jika gagasan-gagasan seperti ini bisa menjadi nyata, bukankah kita masih bisa berharap adanya gagasan-gagasan lain yang entah bagaimana caranya juga mengejawantah. Dalam satu atau dua cara, di saat-saat kita tidak mengharapkannya.


Di luar Wondermilk, anda akan menemukan ini.
Sebuah gagasan lain terlahir di kepala saya: hari-hari berikutnya saya akan menemukan kejutan-kejutan seperti ini, berasal dari sesuatu yang sudah pernah saya ciptakan dalam karya-karya fiksi terdahulu. Meski ada yang sedikit menakutkan: bagaimana jika saya bertemu dengan karakter antagonis yang saya ciptakan sendiri?

Saya pernah menulis cerita pendek "Salju Turun di Jakarta". Bagaimana kalau kelak salju benar-benar turun di Jakarta. Akankah saya siap menghadapinya?

"Allah" ditulis empat kali--interior Wondermilk.

Dalam lebih dari 30 naskah film televisi yang saya tulis, tentu tidak semua happy ending. Ada kekasih yang dikhianati, ada cinta yang harus kandas karena perbedaan status, ada cinta bertepuk sebelah tangan. Saya tersenyum membayangkan hari ini adalah sebuah awal. Besok saya akan menemukan penjelmaan simulakrum, atau secara sederhana kejadian-kejadian yang tidak bisa didefinisikan karena saya tidak tahu apa namanya, tapi yang pasti serupa dejavu. Ini pernah terjadi, saya yang menciptakannya, hanya saja setting-nya di alam fiksi.


Lebih menarik dari setting rekaan. Tentu saja!


Yang lebih menakutkan lagi: bagaimana kalau kita semua tidak nyata? Kita pikir kita real tapi kita hanya tokoh dalam kepala penulis.

Lalu penulis itu mengalami amnesia.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar